Senin, 18 Mei 2009

Ada touring maka aku ada

Touring bagi para bikers menjadi ritual tersendiri, menjadi bikers tanpa touring seperti sayur tanpa garam (mungkin). Bagi para bikers touring bukan sekedar untuk gaya-gayaan (kita tau kok bikers RSU Pandeglang blum lunas kredit motornya), touring bagi mereka merupakan ajang aktualisasi diri (baca ; Aktualisasi group nye).
Kesibukan yang mendera, Atasan yang menuntut pelayanan prima padahal fasilitas penunjang amat sangat terbatas, pasien yang menuntut ini itu, jasa medis yang lama gak turun (kalo pun dapat/turun blm bisa melunasi kredit motor) dan banyak lagi, yang kesemuanya menambah bebal otak yang memang dari dulu udah bebal.
Rutinitas yang membebalkan itu, tanpa sadar mengkerdilkan sisi kemanusian mereka. Mereka tidak mempunyai hak jawab atas pemberitaan yang menyudutkan mereka, mereka lelah untuk selalu menuntut hak mereka, mereka....dan banyak lagi yang membuat mereka merasa tidak ada meskipun mereka ada.
Touring menjadi alternatif yang pertama (untuk saat ini) sebagai bentuk pelampiasan dan proses dehumanisasi yang kasat mata ini. Bergumul dengan asap knalpot dan deru mesin motor (padahal cuman 40 km/week), rame-rame konvoi menjadikan mereka merasa ada. (bersambung)